Jumat, 11 April 2008

Teachable, Fidel Castro dan Penerusnya

http://www.cincinnati.com/nie/archive/08-08-06/080706-1.jpg

Mau belajar dan mengikuti jejak langkah pendahulu yang sudah berhasil meraih impian dan cita-cita sekaligus dapat mempertahankannya secara berkesinambungan. Itulah kurang lebih makna dari teachable. Tidak ngeyel dan cenderung menggunakan metode sendiri yang belum tentu bisa meraih kesuksesan. Saya tertarik dengan ulasan Kang Teguh Rachmanto tentang sosok Fidel Castro dan penerusnya di inilah.com sebagai berikut;

Sosok Fidel Castro begitu lekat dalam pikiran semua rakyat Kuba. Ia memiliki kharisma, keberanian, dan ketegasan luar biasa yang berasal dari semangat revolusinya. Semangat inilah yang membawa Kuba menjadi negeri komunis yang disegani dunia.

Namun mulai pekan ini rakyat Kuba tak akan lagi mendengarkan pidato Castro yang berapi-api. Bagaimana masa depan Kuba sepeninggal Castro?

Mungkin Kuba akan lebih lembut dan tak menyalak-nyalak setelah adik kandung Castro, Raul Castro, Minggu (24/2), resmi dilantik sebagai presiden. Bagaimana sosoknya? Meski sedarah dengan Castro, tapi Raul tak mewarisi ketegasan dan kelugasan Castro. Bahkan, Raul seringkali tampil kurang meyakinkan di hadapan publiknya.

Rekan-rekannya menyebutnya sebagai 'Si Prusia', karena sifat Raul yang dingin, bergaya efisien, tak banyak tingkah, dan gaya kepemimpinannya bak seorang pebisnis.

Sejumlah kalangan menyaksikan Raul sebagai sosok yang membosankan dan kurang 'gereget'.

Gambaran ini sangat bertolak belakang dengan ikon Kuba, Fidel, yang telah mengilhami tiga generasi dengan revolusi dunia. Berselisih usia lima tahun, kakak-beradik ini sangat berbeda karakter. Inilah yang membuat banyak orang meragukan kemampuan Raul dalam memimpin Kuba.

Tapi sebenarnya keraguan itu tak beralasan mengingat kemampuan Raul yang luar biasa dalam mengendalikan pemerintahan. Ketika pada 31 Juli 2006, Raul mendapat kehormatan untuk mengendalikan pemerintahan karena sang kakak menderita sakit serius, adalah salah satu buktinya.

Selama 19 bulan ia memerintah, Kuba tetap tenang dan tak banyak mengalami perubahan kehidupan politik. Juga tak ada kerusuhan atau aksi protes, apalagi eksodus besar-besaran. Padahal sebelumnya negeri itu diprediksi akan diwarnai aksi unjuk rasa kelompok oposisi yang selama ini terkekang oleh kebijakan keras Fidel.

"Raul mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia telah bertugas selama 19 bulan," ujar Brian Latell, analis CIA yang menulis buku After Fidel (2002) yang mengisahkan Fidel Castro.

Itulah sebabnya pengumuman pengunduran diri Fidel Castro tak terlalu mengejutkan banyak rakyat Kuba. Ia 'pensiun' sebagai presiden demi kebaikannya, dan penggantinya sudah duduk di kursi presiden.

Melihat kondisi itu, Washington juga sangsi sikap Kuba akan berubah. Bahkan AS menyebut Raul sebagai 'Fidel Kecil', artinya tak ada yang beda di antara dua kakak-beradik itu. Meskipun Paman Sam ingin bernegosiasi untuk meningkatkan hubungan dengan musuhnya itu pascamundurnya Fidel.

Nyatanya, Kuba begitu percaya diri bahwa transisi kepemimpinan akan berjalan mulus, meskipun Raul tak menampakkan diri di hadapan publik beberapa hari setelah kakaknya resmi mundur.

Tiadanya kekhawatiran akan terjadi gejolak setelah pergantian kepemimpinan juga tampak dari sepinya pengerahan tentara dan polisi untuk mengantisipasi gejolak, setelah ada pengumuman Fidel Castro sakit parah. Ini artinya Kuba tak akan mengalami perubahan besar sepeninggal Fidel. Meski bersikap lebih tenang dan lembut dibandingkan dengan kakaknya, Raul menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah bayang-bayang kakaknya.

"HANYA ADA SATU PANGLIMA TERTINGGI," ujar Raul mengacu pada kakaknya, setelah ia dilantik menjadi presiden baru Kuba.

Pernyataan sederhana itu memiliki makna yang tegas. Bahwa ia tak akan melakukan kebijakan yang melenceng jauh dari apa yang telah digariskan sang kakak.

Dukungan terhadap Raul datang dari Presiden Venezuela Hugo Chavez, sekutu dekat Fidel Castro. Chavez menilai raul memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Fidel Castro, sehingga ia mudah diterima sebagai pemimpin baru negeri komunis itu. Chavez tak meragukan semangat dan keyakinan Raul terhadap revolusi, seperti apa yang telah dilakoni Fidel.

Raul menjabat sebagai menteri pertahanan sejak ia bersama Fidel dan sejumlah tokoh pemberontak menggulingkan diktator Fulgencio Batista pada 1959. Untuk itulah, dukungan dari kalangan militer terhadap Raul tak perlu diragukan lagi.

Para jenderal Kuba tetap mengaku setia kepada Raul. Terlebih Raul juga memimpin 50.000 tentara aktif dan mengendalikan persenjataan, yang meliputi tank-tank dan pesawat tempur era Soviet.

Dari sini, semua keraguan tentang kiprah dan kekuatan Raul dalam memimpin Kuba pasti langsung terhapus. Meski berpenampilan 'tenang' dan 'kalem', Raul sebenarnya memiliki sisi sikap yang keras. Ia pernah mengawasi pelaksanaan hukuman mati para lawan politiknya menyusul revolusi Kuba.

Kini dengan lengser-nya Fidel, rakyat Kuba berharap banyak pada Raul untuk menggalakkan program reformasi pasar bebas, seperti yang telah ia kerjakan pasca-bubarnya Soviet. Sejak terpilih sebagai pemimpin baru Kuba, Raul telah mendongkrak ekspektasi bahwa reformasi ekonomi akan segera terwujud demi tercapainya masa depan perekonomian Kuba yang lebih cerah.

Mungkin hanya ini yang membedakan Raul dengan Fidel: Ia memiliki kemampuan mengelola perekonomian dan tak hanya mengandalkan revolusi dengan kekerasan.

Perhatikan pidato Raul setelah dilantik menjadi presiden, "...HANYA ADA SATU PANGLIMATERTINGGI..."
singkat padat jelas, saya memaknai, itulah sosok teachable, meski punya gaya kepemimpinan sendiri namun Raul menegaskan tidak akan melenceng dari konsep, misi dan visi serta strategi yang sudah diterapkan oleh seniornya.

0 komentar:

Recent Comments

About This Blog

  © People Skill 'Computer Logo' by mustyoud.blogspot.com 2008

Back to TOP